Puji
syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat-Nya kami
dapat menyelesaikan mini riset yang berjudul “Pengaruh Perubahan
KTSP dengan Kurikulum 2013” dengan baik dan sesuai dengan waktu
yang ditentukan. Kami sepenuhnya menyadari, karena apa yang saya sajikan pada
mini riset ini keberadaannya masih sederhana dan jauh dari kesempurnaan. Kami
berharap ibu selaku dosen mata kuliah Dasar Pendidikan sudi kiranya memberikan
kritik dan saran yang membangun demi memperbaiki mutu dan bobot makalah ini
yang lebih baik.
Demikian
yang bisa kami sampaikan, semoga mini riset ini dapat menambah ilmu pengetahuan
dan memberikan manfaat nyata untuk pembaca.
Tarutung, November
2019
Penulis
Perubahan
kurikulum yang dilakukan oleh pemerintah adalah dengan niatan untuk perbaikan
sistem pendidikan. Meskipun pada kenyataannya setiap kurikulum pastilah
memiliki kekurangan dan perlu dievaluasi serta diperbaiki agar tujuan
pendidikan tercapai dengan baik.
Pada
dasarnya, perubahan kurikulum dilakukan dengan dua cara, yakni dengan mengganti
beberapa komponen di dalam kurikulum ataupun mengganti secara keseluruhan
komponen-komponen kurikulum. Setidaknya ada tiga konsep tentang kurikulum 2013,
yaitu: kurikulum sebagai subtansi, sebagai sistem, dan sebagai bidang studi.
Sebagai subtansi konsep ini sebenarnya tidak jauh berbeda dengan konsep
kurikulum sebelumnya, namun dalam kurikulum 2013 ini lebih bertumpu kepada
kualitas guru sebagai implementator di lapangan. Namun, dalam menentukan sistem
yang baru diharapkan para pembuat kebijakan jangan asal main rubah saja,
melainkan harus menentukan kerangka terlebih dahulu, konsep dasar maupun
landasan filosofis yang mengaturnya. Sedangkan sebagai bidang studi ini
merupakan bidang kajian para ahli kurikulum dan ahli pendidikan dan pengajaran.
Tujuan kurikulum sebagai bidang studi adalah mengembangkan ilmu tentang
kurikulum dan sistem kurikulum. Jika dianalisa dari berbagai aspek
tentu sudah sewajarnya terdapat pro dan kontra dari setiap perubahan kurikulum
juga terdapat kelebihan dan kekurangan dari masing-masing. Namun, sebagus
apapun kurikulum jika tidak didukung oleh semua sarana pendukung tentu tidak
akan tercapai sebagaimana yang di harapkan.
Maka
dari itu, dalam mini reseach ini penulis mencoba untuk menjelaskan tentang
bagaimana terjadinya perubahan KTSP ke dalam Kurikulum 2013 terhadap proses
pembelajaran siswa.[1]
1. Bagimana tentang Perubahan KTSP 2006 ke dalam Kurikulum
2013?
2. Bagaimana respon pendidik dan peserta didik terhadap
kurikulum 2013?
3. Bagaimana keefektifan kurikulum 2013 dibanding KTSP 2006?
1. Supaya kita mengerti tentang penyebab perubahan KTSP 2006 ke
kurikulum 2013.
2. Supaya kita dapat mengetahui respon pendidik dan peserta
didik terhadap kurikulum 2013.
3. Sapaya kita dapat mengetahui keefektifan kurikulum 2013
dibandingkan dengan KTSP 2006.
Istilah
“kurikulum” pada mulanya digunakan dalam dunia olah raga pada zaman Yunani
Kuno. Curriculum, berasal dari kata Curir, artinya pelari;
dan Curere artinya tempat berpacu. Di sini kurikulum diartikan jarak
yang harus ditempuh oleh pelari dari start sampai
ke finish. Dengan pengunaan kata kurikulum tersebut di dalam dunia
pendidikan, berarti menyamakan peserta didik sebagai seorang pelari, yang
menempuh jarak kegiatan belajar dari awal memasuki sekolah sampaitamat dari
sekolah itu.
Dengan
dikemukakannya riwayat asal istilah ini, kiranya akan mudah bagi kita untuk
lebih lanjut memahami penegertian dan makna kurikulum. Berbagai buku memuat
pengertian kurikulum dengan rumusan yang berbeda-beda, yang inti pengertiannya
pun berbeda. Berbagai pengertian tersebut menjadi bahan renungan dan analisis,
sehingga pemahaman kita tentang kurikulum akanmenjadi lebih jelas.
Tahun
1856 kamus Webster untuk pertama kalinya memuat istilah kurikulum yang digunakan
untuk istilah olah raga. Dalam bidang pendidikan, istilah kurikulum baru
digunakan pada tahun 1918, yaitu sejak dipublikasikannya buku The
Curriculum yang ditulis oleh Franklin Bobbit (Ali, 1992). Selanjutnya,
kurikulum dipakai dalam bidang pendidikan dengan arti sejumlah mata pelajaran
di suatu perguruan (Tafsir, 1992).[2]
Menurut
John Franklin Bobbit (1918),”Curriculum as an idea, has its roots in the Latin
word for race-course, explaining the curriculum as the course of deeds and
experiences through which children become the adults they should be, for
success in adult society. “kurikulum, sebagai suatu gagasan, telah memiliki
akar kata Bahasa Latin Race-Source, menjelaskan kurikulum sebagai “mata
pelajaran perbuatan” dan pengalaman yang dialami anak-anak sampai menjadi
dewasa, agar kelak sukses dalam masyarakat orang dewasa.[3]
Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan, Prof. Ir. Muhammad Nuh, DEA mengatakan bahwa
kurikulum 2013 ini lebih ditekankan pada kompetensi dengan pemikiran kompetensi
berbasis sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Adapun ciri kurikulum 2013 yang
paling mendasar ialah: (1) Menuntut kemampuan guru dalam berpengetahuan
dan mencari tahu pengetahuan sebanyak-banyaknya karena siswa zaman sekarang
telah mudah mencari informasi dengan bebas melalui perkembangan teknologi dan
informasi. (2) Siswa lebih didorong untuk memiliki tanggung jawab
kepada lingkungan, kemampuan interpersonal, antarpersonal, maupun memiliki
kemampuan berfikir kritis. (3) Memiliki tujuan agar terbentuknya
generasi produktif, kreatif, inovatif, dan afektif. (4) Khusus untuk
tingkat SD, pendekatan tematik integrative member kesempatan siswa
untuk mengenal dan memahami suatu tema dalam berbagai mata pelajaran.
(5) Pelajaran IPA dan IPS diajarkan dalam mata pelajaran Bahasa
Indonesia.
Terdapat
empat aspek yang menjadi fokus dalam rencana implementasi dan keterlaksanaan
kurikulum 2013.
1. Kompetensi guru dalam pemahaman subtansi bahan ajar, yang
menyangkut metodologi pembelajaran, yang nilainya pada pelaksanaan uji
kompetensi guru (UKG) baru mencapai rata-rata 44, 46.
2.
Kompetensi akademik di mana guru
harus menguasai metode penyampaian ilmu pengetahuan kepada siswa.
3.
Kompetensi
sosial yang harus dimiliki guru agar tidak bertindak asosial kepada siswa dan
teman sejawat lainnya.
4.
Kompetensi
sosial yang harus dimiliki guru agar tidak bertindak asocial kepada siswa dan
teman sejawat lainnya.
5.
Kompetensi manajerial atau
kepemimpinan karena guru sebagai seorang yang akan digugu dan ditiru siswa.
Kesiapan
guru sangatlah urgen dalam pelaksanaan kurikulum ini. Kesiapan guru akan
berdampak pada kegiatan guru dalam mendorong mampu lebih baik dalam melakukan
observasi, bertanya, bernalar, dan mengkomunikasikan apa yang telah mereka
peroleh setelah menerima materi pembelajaran.[4]
Berikut
ini beberapa pengertian kurikulum yang dikemukakan oleh para ahli:
1. Kerr, J. F (1968)
Kurikulum adalah semua pembelajaran
yang dirancang dan dilaksanakan secara individu ataupun secara kelompok, baik
di sekolah maupun di luar sekolah.
2. Inlow (1966)
Kurikulum adalah usaha menyeluruh
yang dirancang oleh pihak sekolah untuk membimbing murid memperoleh hasil
pembelajaran yang sudah ditentukan.
3. UU No. 20 Tahun 2003
Kurikulum adalah seperangkat rencana
dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai
tujuan pendidikan nasional.
Kurikulum
3013 lebih menekankan pada pendidikan karakter. Selain kreatif dan inovatif,
pendidikan karakter juga penting yang nantinya terintegrasi menjadi satu.
Misalnya, pendidikan budi pekerti luhur dan karakter harus diintegrasikan
kesemua program studi.
Asumsi
dari kurikulum 2013 adalah tidak ada perbedaan antara anak desa atau kota.
Seringkali anak di desa cenderung tidak diberi kesempatan untuk memaksimalkan
potensi mereka. Merangsang pendidikan siswa dari awal, misalnya melalui jenjang
pendidikan anak usia dini.
Kesiapan
terletak pada guru. Guru juga harus terus dipacu kemampuannya melalui
pelatihan-pelatihan dan pendidikan calon guru untuk meningkatkan kecakapan
profesionalisme secara terus menerus. Sikap dan perilaku (moral) adalah aspek
penilaian yang teramat penting (nilai aspek 60%). Apabila salah seorang siswa
melakukan sikap buruk, maka dianggap seluruh nilainya kurang.
Ada
tiga aspek penilaian dalam K-13:
1) Pengetahuan,
2) Keterampilan/keberanian, dan
3) Sikap.
Cara
belajar seseorang dapat diketahui dengan melihat gaya belajar yang ia gunakan.
Menurut DePorter (2004: 110), gaya belajar adalah kunci untuk mengembangkan
kinerja dalam pekerjaan, di sekolah, dan dalam situasi-situasi antarpribadi.
Seseorang akan lebih mudah menyerap apa yang ia pelajari apabila ia belajar
dengan gayanya sendiri. Rita Dunn, seorang pelopor di bidang gaya belajar,
telah menemukan banyak variabel yang mempengaruhi cara belajar seseorang. Yang
mencakup faktor-faktor fisik, emosional, sosiologis, dan lingkungan. Seseorang
misalnya dapat belajar dengan baik apabila keadaan disekitarnya sunyi, ada juga
orang yang dapat belajar dengan baik apabila di latar belakangi oleh musik.
Sehingga setiap orang memiliki gaya belajar yang berbeda- beda. Cara belajar
adalah kombinasi dari bagaimana Anda menyerap, lalu mengatur dan mengolah
informasi.
Pada
dasarnya, setiap orang memiliki 3 modalitas, yaitu modalitas visual,
auditorial, dan kinetik. Modalitas adalah cara termudah seseorang untuk
menyerap informasi. Dimana dari ketiga modalitas tersebut, satu diantaranya
akan sangat menonjol dibanding dua modalitas lain. Cara mengetahui modalitas
yang digunakan adalah dengan mendengarkan petunjuk-petunjuk dalam pembicaraan
atau dengan memperhatikan perilaku seseorang ketika meghadiri seminar atau
lokakarya. Orang-orang auditorial biasanya lebih senang mendengarkan penyaji
materi dibandingkan makalah seminarnya, berbanding terbalik dengan orang-orang
visual. Dan orang-orang kinetik biasanya lebih suka mencatat apa yang
dibicarakan penyaji akan tetapi selalu lupa urutannya. Mengetahui modalitas
yang digunakan sangat penting karena akan menentukan keberhasilan belajar kita
kedepannya. Banyak sekali pelajar yang ketika berada disekolah tingkat pertama
memiliki prestasi yang sangat bagus justru ketika masuk ke sekolah menengah
atas merasa kesulitan atau bahkan gagal dalam pembelajaran. Hal ini diakibatkan
oleh ketidakcocokan antara gaya belajar siswa dengan gaya mengajar gurunya.
Karenanya, penting untuk mengetahui modalitas orang lain serta berusaha untuk
menyesuaikannya dengan modalitas yang kita gunakan.
Jenis penelitian yang kami terapkan
yakni metode kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan metode penelitian
yang lebih menekankan pada aspek pengukuran secara objektif terhadap fenomena
yang akan diamati. Tujuan pengamatan kuantitatif yaitu untuk mengembangkan dan
menggunakan model-model matematis, teori-teori atau hipotesis yang berkaitan.
Penelitian kuantitatif banyak
digunakan dalam ilmu-ilmu alam, maupun ilmu-ilmu social, seperti pada ilmu
fisika dan bioogi sampai ilmu sosiologi dan jurnalisme.
Dalam penelitian kuantitatif,
terdapat beberapa metode atau jenis penelitian yang digunakan, salah satunya
metode survei. Menurut Gay dan Diel (1992), metode survei
adalah metode yang penggunaannya sebagai kategori umum dalam penelitian yang
langsung menggunakan kuesioner dan wawancara
3.2 Waktu
dan Tempat Penelitian
Adapun agenda penelitian ditulis
dalam table. Penelitian dimulai dengan uraian pengumpulan data yang dilakukan
pada tanggal 16 November 2019. Penelitian tersebut bertempat di SMP. N. 1 TARUTUNG.
Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui pengaruh penerapan kuatilas terhadap cara belajar para siswa
dan cara siswa untuk menghadapinya. Maka dari itu, metode penelitian yang kami
gunakan adalah metode kuantitatif dan survey. Dimana kami mendapatkan data
dengan cara memberikan angket kepada siswa-siswi kelas VIII SMPN Tarutung,
dengan jumlah sample sebanyak 5 orang pada kelas VIII3.
Langkah-langkah
yang penulis tempuh adalah sebagai berikut:
1. Pengumpulan Data
Penulis
mengumpulkan data dengan melakukan pengisian angket kepada para siswa, dengan
sasaran penelitian adalah siswa-siswi kelas X SMA Negeri 1 Majalengka yang
dianggap telah merasakan atau mengalami pergantian kurikulum.
2. Analisis Data
Setelah
melakukan pengumpulan data, penulis melakukan analisis berdasarkan hasil
angket. Data hasil pengisian angket diteliti dan dikaji untuk menarik
kesimpulan.
3. Pembuatan Kesimpulan
Setelah
analisis data dilakukan, didapatkan suatu kesimpulan yang menjadi pemecahan
dalam rumusan masalah. Kesimpulan itulah yang menjadi hasil akhir dari
penelitian ini.
Langkah
awal dari penelitian ini adalah mengumpulkan dan memepelajari sejumlah
literatur baik dari buku, jurnal maupun artikel yang berkaitan dengan topik
pengaruh KTSP kedalam K13. Sebelum peneliti melakukan penelitian,
maka terlebih dahulu memepersiapkan instrument yang digunakan yaitu, alat media
(kamera), data angket yang telah disediakan, dan instrument lainnya untuk
menunjang kelancaran jalannya penelitian. Kemudian peneliti mencari subjek yang
memenuhi kriteria.
Peneliti
menjalin komunikasi yang baik pada anak-anak tersebut guna memperlancar proses
penelitian, yakni dilakukan dengan memperkenalkan diri satu persatu dihadapan
para siswa. Kemudian peneliti mulai menyebarkan angket pada siswa yang telah
dipilih sebagai perwakilan dari siswa lainnya. Lalu mulailah peneliti
menjelaskan dan mengajarkan kepada para siswa bagaimana sajakah petunjuk
penggunaan dalam pengisian angket tersebut. Penelitian berlangsung kira-kira
satu les, yang berdurasi 45 menit.
Sebelumnya
tim peneliti telah terlebih dahulu terjun ke lokasi untuk memberikan surat
kepada guru BK supaya kami dapat melakukan penelitan di tempat tersebut. Lalu
kepada kami telah diberikan surat balasan, yang menyatakan bahwa kami dapat
melakukan penelitian di sekolah tersebut.
Data
ini diambil dari perwakilan oleh 5 siswa di kelas VIII3 pada
SMP.N. 1 Tarutung
1. Apakah kamu tahu dengan Kurikulum KTSP?
a) Tidak
tahu :
60%
(3 dari 5 siswa)
b) Sangat
tahu : 0%
c) Sedikit
tahu :
40%
(2 dari 3 siswa)
2. Tahukah kamu dengan Kurikuum 2013?
a) Tidak
tahu
: 0%
b) sangat
tahu :
20%
(1 dari 5 siswa)
c) sedikit
tahu :
80%
(4 dari 5 siswa)
3. Kurikulum apa yang kamu sukai?
a) KTSP
:
40%
(2 dari 5 siswa)
b) K
2013
:
60%
(3 dari 5
siswa)
c) tidak
tahu
: 0%
4. Menurut kamu manakah lebih menarik guru mengajar dengan KTSP
atau K 2013?
a) KTSP
:
40%
(2 dari 5 siswa)
b) K
2013
:
60%
(3 dari 5 siswa)
c) tidak tahu
: 0%
5. Apakah dengan perubahan kurikulum KTSP ke K13 mendukung kamu
untuk bersikap?
a) Iya
:
20%
(1 dari 5 siswa)
b) kadang-kadang :
80%
(4 dari 5 siswa)
c) tidak
: 0%
6. Apakah dengan perubahan kurikulum dari KTSP ke Kurikulum
2013 memberi kamu motifasi untuk bersikap?
a) Iya
:
40%
(2 dari 5 siswa)
b) kadang-kadang :
60%
(3 dari 5 siswa)
c) tidak
: 0%
7. Apakah dengan perubahan kurikulum KTSP ke Kurikulum 2013
mendukung kamu untuk aktif bersikap?
a) Iya
:
40%
(2 dari 5
siswa)
b) kadang-kadang :
60%
(3 dari 5 siswa)
c) tidak
: 0%
8. Apakah anda dengan adanya perubahan kurikulum KTSP ke
Kuriulum 2013 merasa senang?
a) Iya
: 20%
(2 dari 5
siswa)
b) kadang-kadang :
60%
(3 dari 5 siswa)
c) tidak
: 0%
9. Apakah dengan adanya perubahan kurikulum KTSPke Kurikulum
2013 kamu merasa diperhatikan?
a) Iya
:
40%
(2 dari 5 siswa)
b) kadang-kadang :
40%
(2 dari 5 siswa)
c) tidak
:
20%
(1 dari 5 siswa)
10. Apakah kamu lebih senang dengan adanya perubahan KTSP ke
Kurikulum 2013?
a) Iya
:
20%
(1 dari 5 siswa)
b) kadang-kadang :
60%
(3 dari 5 siswa)
c) tidak
:
20%
(1 dari 5 siswa)
Kesimpulan
Data:
Sebagai kesimpulan dari data yang telah di peroleh, ternyata
siswa sudah mengetahui bahwa mereka sedang menjalankan kurikulum 2013 dengan
tujuan pembelajaran yang sudah diberitahukan oleh guru pengajar. Mayoritas
siswa merasakan perubahan dalam kegiatan belajar. Diperoleh 70 % data dari
siswa uji mengatakan bahwa kegiatan belajar pada sekarang ini (k-13) menjadi
lebih menyenangkan dan lebih mudah untuk dipahami, 80 % data dari siswa uji
mengatakan siswa lebih terdorong ingin tahu banyak tentang materi yang akan
disampaikan, lebih terdorong lebih berbuat jujur dan berperilaku sopan.
Sedangkan karakter yang lebih berani hanya dialami oleh 60 % siswa uji saja,
sebagian yang lain mengeluhkan kurang semangat dalam proses belajar mengajar
karena mereka menginginkan adanya hiburan seperti permainan di sela waktu
belajarnya, terutama pada mata pelajaran matematika. Siswa juga merasa kurang
bisa menyesuaikan diri dengan cara belajar dikelasnya yang telah menerapkan kurikulum
2013.
Disamping itu kami sebagai peneliti sebelumnya juga telah
menyediakan beberapa angket untuk Guru dalam pengaruh perubahan KTSP ke dalam
Kurikulum 2013 ini. Kami membuat angket ini sebagai pendukung dalam mendapatkan
data. Kami meminta kesediaan oleh beberapa para guru untuk mengisi angket yg
telah kami berikan. Ada sekitar 5 guru yg menjadi perwakilan dalam pengisian
angket kami. Berikut contoh angket untuk Guru yang telah sempat kami sebarkan:
No
|
Pernyataan
|
SS
|
S
|
KS
|
TS
|
1
|
Saya sering mengikuti pelatihan
kurikulum 2013
|
|
|
|
|
2
|
Sebagai seorang guru saya
mengetahui bahwa kurikulum 2013 adalah penyempurnaan dari kurikulum
sebelumnya (KTSP)
|
|
|
|
|
3
|
Saya mengetahui bahwa kurikulum
2013 diharapkan mampu mengahsilkan rakyat Indonesia yang produktif, kreatif,
inovatif, efektif
|
|
|
|
|
4
|
Kurikulum 2013 lebih terarah
daripada kurikulum KTSP
|
|
|
|
|
5
|
Saya tidak kesulitan menerapkan
kurikulum 2013
|
|
|
|
|
6
|
Kurikulum13 menjadikan peserta
didik lebih mandiri dari pada KTSP
|
|
|
|
|
7
|
RPP yang saya susun sudah sesuai
dengan tujuan kurikulum 2013
|
|
|
|
|
8
|
Saya telah menentukan sumber
belajar yang disesuaikan pada standar kompetensi dasar serta materi pokok
pembelajaran dan indikator pencapaian kompetensi sesuai kurikulum 2013
|
|
|
|
|
9
|
Saya menggunakan berbagai model
pembelajaran agar, apa yang diharapkan pada kurikulum 2013 dapat tercapai
|
|
|
|
|
10
|
Instrumen penilaian yang saya
susun sudah sesuai dengan teknik penilaian kurikulum 2013
|
|
|
|
|
11
|
Saya memahami bahwa kurikulum
2013, penilaian peserta didik dilakukan secara terus-menerus
|
|
|
|
|
Jumlah Total
|
Dan dari beberapa angket yang telah di isi oleh para guru kami menemukan
80% guru setuju dan sangat mendukung dalam perubahan KTSP ke dalam Kurikulum
2013.
Menurut
hasil observasi yang kami dapatkan di SMP. N. 1 Tarutung, kami dapat menarik
beberapa kesimpulan terkait perubahan kurikulum 2013 yaitu SMP. N. 1 Tarutung
pada kelas VIII sudah menerapkan sistem kurikulum 2013, begitu pula
pada kelas VII dan IV. Untuk beberapa mata pelajaran, ada perubahan jam belajar
yang disesuaikan dengan struktur yang sudah diatur oleh pemerintah. Kurikulum
2013 disusun langsung oleh pemerintah sehingga guru atau sekolah tinggal
mengaplikasikan dan mengikuti pola yang sudah dibuat. Hal ini dianggap lebih
meringankan kerja guru sehingga diharapkan hasilnya lebih maksimal. Kendala
yang dihadapi yaitu kurang kurangnya fasilitas dalam pembelajaran, perubahan
sistem penilaian yang mencakup penilaian sikap, penilaian kognitif, dan penilaian
keterampilan, serta perubahan raport sebagai bentuk penyesuaian kurikulum 2013.
SMP. N. 1 Tarutung ini akan berusaha semaksimal mungkin untuk lebih
mensukseskan sistem kurikulum 2013.
Dengan
adanya kurikulum 2013, tidak ada peraturan yang diperbaharui, artinya antara
kurikulum KTSP dan kurikulum 2013 masih tetap sama. Peraturan yang diterapkan
di SMP. N. 1 Tarutung mengikuti peraturan yang sudah ditetapkan oleh pemerintah
dan sesuai dengan kurikulum.
Diperlukan
sikap tanggap dari seorang guru dalam menghadapi pergantian kurikulum KTSP
menjadi kurikulum 2013 ini. Seleksi penerimaan siswa baru juga dibutuhkan
adanya syarat nilai minimal sehingga input siswa baru tidak berkualitas turun.
Alokasi waktu dalam kegiatan belajar mengajar juga harus ditangani secara bijak
sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Selain itu, diperlukan
peningkatan kualitas teknologi yang diperlukan dalam menunjang pembelajaran
sesuai dengan gagasan kurikulum 2013 yang berbasis teknologi. Diperlukan pula sikap
dari pemerintah dalam menyediakan fasilitas pembelajaran di setiap sekolah.
Hasil
observasi ini diharapkan dapat ditindaklanjuti oleh para calon guru untuk
mengetahui sejauh mana implementasi kurikulum 2013 yang dilaksanakan di sekolah
agar sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Pemahaman setiap guru tentang
penyusunan kurikulum 2013 dan cara mengajarnya, karena peran aktif guru
tentunya sangat diperlukan dalam meningkatkan hasil belajar siswa.
Kurniasih, Imas & Sani, Berlin, 2103, Implementasi
Kurikulum 2013 Konsep & Penerapan, Cet. 3, Surabaya: Kata Pena.
Prof. Dr. H. Abdullah Idi, M.
Ed., Pengambangan Kuikulum Teori dan Praktik, Cet. 1, (Jogjakarta:
Ar-Ruzz Media, 2011).
Imas Kurniasih S. Pd & Berlin
Sani, Implementasi Kurikulum 2013 Konsep & Penerapan, Cet. 3, (Surabaya:
Kata Pena, 2014).
[1] Imas
Kurniasih S. Pd & Berlin Sani, Implementasi Kurikulum 2013 Konsep &
Penerapan, Cet. 3, (Surabaya: Kata Pena, 2014), Hlm. 1
[2] Prof.
Dr. H. Abdullah Idi, M. Ed., Pengambangan Kuikulum Teori dan
Praktik, Cet. 1, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011).
[3] Imas
Kurniasih S. Pd & Berlin Sani, Implementasi Kurikulum 2013 Konsep &
Penerapan, Cet. 3, (Surabaya: Kata Pena, 2014), Hlm. 4
[4] Imas
Kurniasih S. Pd & Berlin Sani, Implementasi Kurikulum 2013 Konsep &
Penerapan, Cet. 3, (Surabaya: Kata Pena, 2014), Hlm. 11